
Obituari Muhammad Ali

Ini adalah ceramah yang istimewa. Waktu pembukaan, Sekretaris Desa Muhammad Nur sudah menyampaikan sambutannya. Dia menyampaikan maaf Kepala Desa yang masih di Bangkinang karena suatu acara.
"Pak Kades pesan, acara dimulai saja. Dia tetap usahakan datang," kata Sekdes yang merupakan junior saya di organisasi kemahasiswaan.
Begitu saya sedang ceramah, ternyata Pak Kades memang datang. Dia nampak tergesa-gesa. Begitu menyalami saya, dia pun duduk dengan tenang.
Muhammad Ali, karena pelupa, saya susah mengingat memori masa lalu bersamanya. Namun dia baik, mau mengingatkan masa-masa lalu kami di IAIN Susqa Pekanbaru. Juga tentang kedekatan dia dengan Ustadz Abdul Somad yang memang sekelas dan duduk berdekatan.
"Kalau tak karena ingin jumpa Bang Saidul, mungkin tak saya kejarkan datang kemari. Soalnya pergi sejak subuh, belum pulang ke rumah, belum mandi, belum ganti pakaian sampai saat ini," katanya saat sambutan.
Ini sambutan kepala desa untuk yang kedua kali setelah sebelumnya disampaikan oleh pengganti; Pak Sekdes.
Muhammad Ali adalah Kepala Desa Karya Indah. Desa padat penduduk, tetangga langsung Pekanbaru arah ke Tapung. Dia adalah pekerja keras dan luar biasa. Jarang dia tidur malam. Rata-rata baru tidur saat subuh menjelang.
Apalagi menjelang dan saat Pemilihan Umum kemarin, boleh dikata dia nyaris tidak tidur. Padahal, penyakit hepatitis yang menggerogotinya sudah akut. Tapi demi kerja dan menjaga suara dari TPS ke TPS, dia abaikan segalanya.
Kemarin, Senin 29 April 2019, pria ocu itu menghadap Allah SWT. Semua orang berduka; termasuk teman sekelasnya di IAIN Suqa yang ikut membuat catatan obituari; UAS.
Selamat jalan sahabat. Kamu sudah menyelesaikan segalanya. Tinggal kami dengan bengkalai yang tak pernah sudah.
SAIDUL TOMBANG
Ket foto: UAS bersama almarhum Muhammad Ali